Meriam Karbit Pontianak – Hy sobat Borcha, masih ingatkah kalian dengan meriam karbit? Meriam Karbit menjadi salah satu permainan yang pernah mewarnai kehidupan anak-anak jaman dulu.
Anak-anak bahkan orang dewasa gemar memaikan permaianan yang agak sedikit menegangkan ini. Seperti namanya, Meriam, permainan ini merupakan simulasi atau miniatur dari meriam yang dapat mengasilkan suara ledakan yang cukup keras.
Pada umumnya, Meriam Karbit biasanya terbuat dari bambu yang berukuran besar yang mana di beri rongga di setiap buku-bukunya. Kemudian bambu tersebut diisi dengan air secukupnya sebagai media pelarutan karbit atau senyawa Kalsium Kabrida.
Batu Karbit itulah yang kemudian akan menyubim menjadi gas dapat meledak jika disulut dengan api. Semakin besar ukuran bambu dan banyaknya karbit yang ditambahkan, maka meriam akan menghasilkan suara ledakan yang lebih besar.
Namun ada yang tidak biasa jika kalian berkunjung ke Sungai Kapuas Pontianak pada saat bulan puasa Ramadhan. Kalian pasti akan tercengang melihat meriam berukuran raksasa yang belum pernah kalian lihat dan bayangkan sebelumnya. Berikut informasinya
Baca juga: Sejarah Kota Pontianak
[toc]
1. Sejarah Meriam Karbit Pontianak
Meriam Karbit adalah permainan tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu dan sangat populer di kota Pontianak. Permainan yang dimainkan pada beberapa minggu terakhir bulan ramadhan ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Beberapa sumber sejarah, mulai dari para ahli hingga cerita turun temurun menjelaskan bahwa meriam sangat erat kaitannya dengan awal mula kota Pontianak.
Konon, Pada tahun 1771, Sultan Abdurahman, sang pendiri kota Pontianak, ingin berdakwah nyebarkan agama islam di daerah Kalimantan Barat. Beliau menyusuri setiap jalur sungai di Kapuas menggunakan kapal untuk mencari tempat yang strategis.
Disaat menyusuri sungai Kapuas, beliau mendapatkan gangguan oleh makhluk-makhluk halus yang sering disebut dengan kuntilanak. Kemudian beliau menembakkan meriam ke arah daratan untuk mengusir hantu-hantu tersebut.
Alhasil, gangguan dari mahluk halus tersebut pun hilang. Sebagai tanda syukur Sultan, beliau kemudian mendirikan Masjid Jami dan Kesultanan di tempat dia menembakkan meriam. Dari situlah awal mula terbentuknya kota Pontianak.
Berdasarkan kejadian tersebutlah awal mula permainan meriam di sungai Kapuas. Disamping untuk memperingati awal mula kota Pontianak, masyarakat juga percaya dengan membunyikan meriam maka akan mengusir hal-hal negatif yang dapat mengganggu. Hingga sekarang meriam karbit menjadi budaya dan kebiasaan masyarakat setiap tahunnya.
2. Filosofi Meriam Karbit
Meriam karbit buka hanya sekedar permainan biasa bagi masyarakat Pontianak. Permainan unik ini memiliki makna tersendiri, baik dari kajian historis, keagamaan, dan kebudayaan.
Masyarakat menjadikan meriam sebagai momentum untuk mengingat dan selalu bersyukur akan pembangunan kota Pontianak yang dahulunya hanya hutan yang lebat, dan sekarang telah menjadi perkotaan yang maju.
Selain itu, meriam juga menjadi salah satu penyemarak hari Idul Fitri di Pontianak. Momentum awal masuknya islam ke Kalimantan Barat oleh Sultan Abdurahman menjadi tonggak awal persebaran islam. Kejadian ini pula lah yang mengaitkan Islam dengan meriam karbit.
Baca juga: Aloevera khas dari Kota Pontianak
Sekarang, Meriam Karbit menjadi budaya dan kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan oleh masyarakat. Meriam Karbit yang awalnya hanya digunakan untuk memperingati momentum awal mula kota dan masuknya islam menjadi budaya yang sangat unik dan bernilai tinggi.
Disamping itu, Meriam Karbit menjadi tempat bagi masyarakat untuk berkumpul dan bersilaturahmi sembari menyambut Hari Raya Idul Fitri. Keunikan Budaya tersebut kemudian dibungkus sedemikian rupa dan menjadi objek wisata unggulan kota Pontianak.
3. Cara Memuat Meriam Karbit
Pembuatan Meriam raksasa ini terbilang susah dan memerlukan biaya dan usaha yang tidak sedikit. Tidak seperti lazimnya meriam yang menggunakan bambu, meriam ini menggunakan batang kayu yang besar dengan diameter 60-70 cm dan panjang 5-7 meter, biasanya berbahan kayu Ulin, Mabang, Batang Kelapa, Meranti dan bahkan kayu Kempas.
–
Pohon tersebut belum bisa langsung di proses untuk menjadi meriam. Butuh proses yang cukup panjang untuk membuatnya. Kayu bahan pembuatan sebelumnya harus berada di dalam lumpur terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk membunuh serangga yang dapat merusak kayu. Biasanya batang kayu berada di air selama beberapa bulan.
Setelah siap, batang pohon tersebut kemudian di belah dua untuk di keruk bagian dalamnya. Sehingga pohon tersebut nantinya memiliki rongga. Setelah itu, batang tersebut kembali di satukan. Untuk menutup rongga diantara kayu dapat menggunakan karung goni. Kemudian batang kembali menjadi satu dan dengan mengikatnya menggunakan rotan dan besi untuk memastikan meriam tidak pecah atau terbelah.
Adapun biaya yang diperlukan untuk pembuatan bisa dibilang tidak murah untuk sebuah permainan. Hanya untuk pembelian kayu dapat menghabiskan dana hingga 5 juta rupiah, belum dengan rotan dan besi pengikat serta karbit. Jika ditotalkan, pembuatan meriam ini dapat menghabiskan dana hingga 8-10 juta rupiah.
Biasanya untuk menutupi biaya, masyarakat membuat proposal bantuan sponsor kepada pemerintah maupun swasta. Selain itu, pemasukan datang dari pemain meriam. Jika kalian ingin memainkan meriam ini, kalian dapat membayar sebesar 25-30 ribu untuk beberapa kali ledakan.
Ledakan suara dari meriam raksasa ini juga sangat luar biasa. Kaca di rumah warga pesisir sungai Kapuas sering kali pecah karena ledakan suara meriam ini. Ledakan meriam ini terdengar seperti suara petir dan dapat terdengar hingga puluhan kilometer.
4. Festival Meriam Karbit
Karena keunikan dari meriam ini, kemudian Pemerintah Pontianak berinisiatif untuk mempromosikannya menjadi objek wisata budaya dengan membuat Festival Meriam di bantaran sungai Kapuas.
Festival yang sangat terkenal pada bulan ramadhan, biasanya beberapa minggu sebelum lebaran. Ratusan meriam raksasa berjejer di tepian sungai Kapuas bersiap untuk menggetarkan kota Pontianak. Meriam tersebut akan saling saut menyahut antara sisi kanan dan kiri sungai.
Pada beberapa tahun terakhir, Meriam Karbit berhasil memecahkan rekor MURI dengan parade meriam dengan 150 meriam. Sungguh menjadi sebuah keistimewaan dan kebanggaan bagi masyarakat Pontianak.
Meriam Karbit menjadi salah satu objek wisata dan ikon kota pontianak yang sangat menarik minat ribuan pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Bagi kalian yang ingin menyaksikan dan merasakan sensasi dentuman meriam raksasa. Kalian dapat bersantai di alun-alun Kapuas, cafe pinggiran sungai ataupun menaiki kapal cafe terapung. Festival Meriam Karbit layak menjadi salah satu pilihan liburan kalian. Semoga bermanfaat.
Baca juga: Tugu Khatulistiwa Pontianak